My Blue Thunder Heart’s BLOG

Jiwaku bertanya mengenai arti namaku. Aku terdiam, jiwaku telah bertanya-tanya, semenjak akhir balighku tersangkut di impitan penat napsuku. Dan untuk pertama kalinyadalam kehidupanku, aku harus mengalami pertanyaan-pertanyaan yang menurutku terlalu basi.

Usiaku terlalu indah saat itu mengalami kesugihan rasa itu, tepatnya delapan – 10 tahun. Saat aku membaringkan tubuhku diatas untaian benang yang menjulur, memanjang, mengerut, mencengkeram dan meninabobokan tubuh ini, sangat keras, sangat kuat hingga tetesan keringat ditubuhku telah membasuh turun perlahan-lahan diujung kakiku, dilingkar punggungku, diatas payudara nafsuku, dijerami benang-benang, kulitku, menggeleparkan sinyal “pertamaanku” di bantal usiaku.

Untaian belaian itulah yang mengajariku memuji keindahan gundukan air suciku dengan pancaran rayuannya dan menguatkan rahasia yang terpendam yang bercokol di sifat pribadiku.

Aku merengkuh tangan asaku yang dingin dan mengecup hariku agar rasa itu cepat pergi mendekat diujung penyiksaan batinku. Tapi tetap saja jiwaku terus bertanya-tanya, yang terkadang diselingi gelak tawa kemenangannya atas suguhan yang terpampang di layar-hitam perjalanan batinku.

Aku sempat bertanya pada Tuhan !, tapi tetap saja aku terasa asing meniduri keterasingan jiwa ini.

Jiwaku bertanya-tanya lagi tentang namaku.

Dan aku Cuma tersenyum, mengangkat kedua tanganku dan berucap syukur karna aku telah menemukan jawabannya. Dan dengan basuhan airmataku aku titipkan rahasia itu pada jiwaku sendiri, tentang aku tentang kehidupanku…..

“Je Suis En Panne Love”

Karna aku bosa bertemu serpant, tapin , tigne, paillon….. karna aku pikir aku tak perlu tajur ! karna hidup adalah sebuah perjalanan tuk kita nikmati.

Dois Je Attendre Ou Revenir Plus Tard ?

Apakah aku harus terus menunggu atau datang kembali nanti? Saat semua rasa yang ada sama semua! Memuakan dan mengentutkan kesaksian di pantat penatku.

Karna kenyataannya aku telah melakukan kejahatan yang tak terduga, yang seringkali mengalir dari mulutku, jemari tanganku dan aku bosan pada dosa yang terus menerus melenakan jasadku, yang membuat diriku terus menerus terlunta-lunta dan terdampar di bukit kelukaan cinta yang memar.