Archive for Maret 30th, 2013
seruni berkubang duka
Posted 30 Maret 2013
on:- Di: It's Me | prosaku
- 37 Comments
di televisi blue lihat masih ada penjualan anak dibawah umur serta wanita wanita
Namaku seruni
Wanita yang sering mengunyah permen kedukaan, yang selalu meminum keperihaan saat jiwaku merasakan kehausan yang sangat berat, yang terkadang menikmati nikmatnya sebuah sajian yang penuh kepura puraan untuk di santap.
Namaku seruni, lahir dalam keadaan yang selalu disinari pancaran mata kepala semua mata di sekelilingnya dengan sinar sukmadiraga di ujung malam yang kelam.
Namaku seruni.
Seruni memang namaku, yang masih asyik menikmati kesegaran susu penindasan di mulutku yang mungil, yang masih saja di balutkan kain ketidakberdayaan atas tarian alam yang tak bersahabat. Namaku benar benar seruni. Jangan meledek kepadaku. Jangan menghina namaku, Dan jangan pernah tertawa atas sosok yang berbalut jiwa jiwa yang rapuh. Meski aku terlahir dari benih yang rapuh atas apa yang tengah terjadi pada aliran nyawaku, Jangan sekali sekali menertawakanku, karena nama saya benar benar seruni.
Biar aku telah lahir dalam keadaan yang serba sembrarut tetapi aku tiada akan pernah memiliki rasa sembrarut saat telingaku sudah dibolongi. Saat buah dadaku mulai merekah. Saat bibirku mulai bisa dihiasi warna warni polesannya. Saat wajah, lengan dan tubuhku mulai bisa dinilai orang orang.
Aku seruni tiada akan pernah memasrahkan atas apa yang telah di gariskan oleh alam dan sekelilingku. Aku seruni masih ingin menghirup wangi aroma daun daun di pagi hari, masih ingin di peluk oleh sinar mentari yang menerpakan cahayanya yang panas sepanas birahi dari gundukan lumpur sang perkasa. Lumpur yang dengan seenaknya menjalar dengan leluasanya hingga ke pori pori ragaku, menghenduskan bau, menjilati tanah di perkarangan hatiku serta meniduri sawah yang masih belum bisa di panen. Seruni namaku korban dari keperkasaan birahi sang lumpur. masih muda usiaku saat segalanya menunggu giliran untuk menyirami sawah di jiwaku
Seruni adalah namaku,
Yang tak akan pernah mau mendengar lagi dengusan sang lumpur di seruni seruni lainnya. Yang tak akan membiarkan sesuatu bisa seenaknya menyirami sawah sawah yang masih belum siap di panen. Namaku seruni. Cukup aku saja yang pernah merasakan siraman air lumpur tak bermoral itu. Seruni namaku yang selalu berkubang di lumpur lumpur kedukaan setiap malamnya semenjak usia masih belasan tahun saat bapakku membawaku ke lumpur lumpur itu.
( ku harap tak ada lagi penjualan wanita dimana mana tuk merasakan lumpur lumpur yang nista)
Komentar Terbaru